LAPORAN PRAKTIKUM UJI PATOGEN AEROMONAS PADA IKAN NILA BDP UNSYIAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha budidaya berbagai macam jenis ikan air tawar. Terdapat sekitar 655 jenis ikan air tawar yang hidup di kepulauan Indonesia, yaitu 160 jenis diantaranya adalah jenis ikan yang bernilai ekonomis dan 13 jenis diantaranya berpotensi besar untuk dibudidayakan Salah satu jenis ikan air tawar adalah ikan nila (Cahyono, et al., 2005).
            Ikan nila (Oreochromis niloticus) terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan ini dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Perairan umum seperti waduk, sungai, danau, rawa, saluran irigasi, payau, dan laut menyimpan banyak kendala yang dapat memmengaruhi budidaya ikan di perairan tersebut. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25-30° C (Khairuman dan Amri, 2003)
            Menurut (Lubis,et al. 2014), Aeromonas hydrophila adalah bakteri yang umum menyerang ikan, baik ikan air tawar maupun air laut. A. hydrophila juga telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan ada kalanya pada ikan laut.Terdapat pandangan yang berbeda tentang pengaruh yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai patogen ikan. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar.


1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui gejala klinis dan tingkah laku laku ikan nila (Oreochromis niloticus) yang terinfeksi bakteri Aeromonas Hydrophila melalui injeksi atau penyuntikan bakteri pada tubuh ikan.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniseluller, tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7 – 1,8 x 1,0 – 1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel. Aeromonas adalah anggota dari famili Aeromonadaceae yang umumnya hidup di air tawar.Aeromonas hydrophila juga ditemukan di tanah, perairan asin dan juga ditemukan pada air minum yang diklorinasi dan non-klorinasi (Johny, 2011)
            Aeromonas hydrophila termasuk Gram negatif,berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25-30 oC. Serangan bakteri ini dapat mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia yang mempunyai ciri luka dipermukaan tubuh, insang, ulser, abses, eksopthalmia dan perut gembung serta gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia (Lukistyowati dan Kurniasih, 2012).
            Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk bakteri Gram negatif, yang sifatnya oksidasi positif dan mampu memfermentasi beberapa jenis gula, seperti glukosa, fruktosa, maltosa dan trehalosa. Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidaglikan yang tipis, terdiri atas 1-2 lapis sehingga pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar.Permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan terjadi perlepasan kompleks ungu kristal-yodium (UK-Y), sehingga bakteri berwarna merah.Bakteri Gram negatif mempunyai dinding sel yang mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak dengan persentase yang lebih tinggi. Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan lemak tersebut terekstraksi sehingga bakteri berwarna merah atau merah muda karena menyerap zat warna safranin (Ciprino, 2001).
            Ikan·ikan yang terinfeksi oleh bakteri A. hydrophila pada umumnya mengalami pendarahan yang meluas pada permukaan kulit (Haemorrhagic septicemia), yang di ikuti dengan timbulnya luka terbuka (ulcer) pada permukaan tubuh atau hingga ke dalam jaringan. Selain itu, pada beberapa j enis ikan lain sering ditemukan tanda klinis seperti sirip punggung dan sirip ekor rontok, serta pembengkakan pada perut dan berisi cairan (dropsy), yang diikuti dengan kematian (Popma dan Masser, 1999; Vua sa et 01.,2003).


BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilakukan selama 5 hari berturut-turut yaitu pada hari senin sampai hari selasa untuk mengetahui gelaja yang ditimbulkan oleh A.Hydrophila, dan bertempat di Laboratorium Aquatik Fakultas Kedoktoran Hewan, Universitas Syiah Kula, Banda Aceh.

3.2 Alat dan Bahan
            Alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
No
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Aquarium
1 unit
2.
Aerator / Aerasi
1 unit
3.
Sampel ikan
5 ekor
4.
Alat suntik
secukupnya
5.
Aeromonas H
secukupnya
6.
Alat tulis
seperlunya


3.3 Cara Kerja
ü  Dibersihkan aquarium sebelum di isi air dan ikan sampel.
ü  Di isi air kedalam aquarium sebanyak 15 cm, dan dimasukkan ikan sampel ke dalam aquarium sebanyak 5 ekor.
ü  Dipasang aerator pada aquarium.
ü  Diambil bakteri Aeromonas Hydrophila dengan menggunakan jarum suntik sebanyak 1 ml, kemudian diinjeksikan atau disuntik pada ikan sampel pada bagian yang paling banyak dagingnya.
ü  dilakukan pengamatan setelah 1 jam penyuntikan dan 5 hari berturut-turut untuk mengetahui gejala pada ikan sampel.
ü  Dicatat hasilnya.

3.4 Analisa Data
            Rumus kelangsungan hidup
SR= Nt / No x 100%
SR= Survival rate
Nt = jumlah ikan akhir
No = jumlah ikan awal

No
Total ikan awal (No)
Total ikan akhir (Nt)
100%
SR
1
5 ekor
5 ekor
100%
100%



  





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hail Pengamatan
Hari ke
Jumlah ikan
kondisi
1
5 ekor
1. Normal
2. Aktif bergerak

2.
5 ekor
1. ikan abnormal
2. Nafsu makan berkuran
3. kemerahan pada kulit ikan.
3. bengkak pada bekas suntikan.
3
5 ekor
Normal dan tidak terinfeksi
4
5 ekor
Normal dan tidak terinfeksi
5
5 ekor
Normal dan tidak terinfeksi


4.2 Pembahasan
            Berdasarkan hasil praktikum dari uji patogen pada ikan dengan menggunakan bakteri A. hydrophyla tidak menginfeksi semua pada tubuh ikan, hanya berapa ikan yang mengalami sedikit infeksi, seperti kemerahan pada kulit ikan dan agak tampak bengkak pada kulit bekas diinjeksi bakteri tersebut. Namun, pada praktikum ini ikan tidak mengalami kematian ataupun terinfeksi secara serius, mungkin dipengaruhi oleh sistem imun pada ikan tersebut terlalu kuat sehingga bakteri A. hydrophyla tidak dapat menginfeksi ikan tersebut, dan mungkin akibat salah penyuntikan. Sebenarnya dalam menginjeksi bakteri A. hydrophila pada ikan tidak boleh diambil satu alat suntik untuk semua ikan.
            A hydrophila merupakan bakteri akuatik bersifat patogen pada ikan·ikan khususnya ikan air tawar. Selain menginfeksi ikan, bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pada pencernaan manusia yang bersifat akut terutama pada anak·anak. Setiap strain bakteri Aeromonas yang berbeda memproduksi sejumlah enzim yang berbeda pula. Selain enzim, A. hydrophila juga menghasilkan toksin seperti hemolisin, sirotoksin,
dan enterotoksin. Virulensi A. hydrophila melibatkan banyak faktor virulens dan sangat kompleks. Hemolisin dan enzim bekerja sama dalam membuka jaringan permukaan kulit dan sisik ikan.
            Proses invasi bakteri patogen ke dalam tubuh diawali dengan melekatnya bakteri pada permukaan kulit, dengan memanfaatkan pili, flagela dan kait llnwk bergerak, dan melekat kuat pada lapisan terluar tubuh ikan yaitu sisik yang dilindungl oleh zat kitin. Selarna proses invasi tersebut A. hydrophila memproduksi enzim kitinase yang juga berfungsi mendegradasi lapisan kitin sehingga mudah ditembus oleh bakteri. Selain memanfaalkan kitinase A. hydrophyla Juga mengeluarkan enzim lainnya seperti lesitinase dalam upaya masuk ke dalam aliran darah (Wijaya, 2002;Nasran eral., 2003). Namun pada praktikum ini bakteri A hydrophila tidak dapat menembus kulit pada ikan yang di lindungi oleh zat kitin, dikarenakan hasil hidrolisis enzim berupa N-asetil-D-glukosamin yang merupakan oligomer pendek, tidak dapat dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber karbon, sehingga bakteri tidak dapat menembus lapisan kitin pada ikan nila tersebut.
            Keberadaan A. hydrophila di alam yang dengan mudah dapal ditemukan pada permukaan lubuh maupun organ dalam lkan nila sehat, sebab sifat bakleri yang oportunistik (Buckley &. Howard, 1999). Keadaan tersebut dan memberikan respons imun yang cukup besar bagi ikan nita, sehingga pada kepadatan bakteri di bawah 106 cfu/ mL. belum dapat mematikan 50% populasl ikan nila.






BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri A. hydrophila pada ikan nila hanya nampak kemerahan pada kulit selama kurang lebih 2 hari setelah penyuntika.
  2. A hydrophila merupakan bakteri akuatik bersifat patogen pada ikan·ikan khususnya ikan air tawar.
  3. A. hydrophila memproduksi enzim kitinase yang juga berfungsi mendegradasi lapisan kitin sehingga mudah ditembus oleh bakteri. Selain memanfaalkan kitinase.
  4. Hasil hidrolisis enzim berupa N-asetil-D-glukosamin yang merupakan oligomer pendek, tidak dapat dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber karbon, sehingga bakteri tidak dapat menembus lapisan kitin pada ikan nila tersebut.
  5. Pada kepadatan bakteri di bawah 106 cfu/ mL. belum dapat mematikan 50% populasl ikan nila.

5.2 Saran
            Berjalan lancar, somoga untuk kedepan tidak menggunakan laboratorium fakultas lain.








DAFTAR PUSTAKA

Buckley, J.T. & Howard, S.P. 1999. The cytotoxin entherotoxin Aeromonos hydrophila
            is aerolysin. Infecrlon and Imunnunity, 67(1): 466-467,
Cahyono, al et., 2006. Budi Daya Ikan Air Tawar. PenerbitKanisius, Yogyakarta.
Cipriano, R.C. 2001. Aeromonas hydrophila and Motile Aeromonas septicemia of Fish.     Fish Disease Leaflet 68, Washington DC
Khairuman dan K. Amri. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agrimedia, Jakarta.
Popma, T. & Masser, M. 1999. TIlapia live history and biology. Southern Regional             aquaculture. United States Department of agriculture. 283: 4 him.
Johny, Template. 2011.Bakteri Patogen. http://psbiotik.blogspot.com. Diakses pada April   2013.
Wijaya, S. 2002. lsolasi kitinase dan Scleroderma columnare. dan Trichoderma       harzianum. Ilmu Dasay Biologi, 3(1): 30-3 S.

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Kebiasaan Makan Ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh i...