ABSTRAK
Sabun dibuat
dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk
lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12
sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain
adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
Cara kerja:
a. Saponifikasi
Sebanyak
3 mL larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 25 mL etanol
dan NaOH 0,1 N. Campuran dipanaskan sambil di aduk. Ditambahkan dengan
hati-hati H2SO4 pekat dengan meneteskan beberapa tetes dan diamati apa yang
terjadi.
b. Uji alkali bebas
Sebanyak
5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus. Dicatat hasilnya. Diulangi
pengukuran pH menggunakan pH meter.
c. Efek garam terhadap sabun
Sebanyak
5 ml larutan sabun ditambahkan NaCL, dikocok dengan baik. Diperhatikan
terjadinya efek garam.
Dari
percobaan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip
dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
2. Sabun
memiliki sifat yang netral karena sabun bersifat basa.
3. jika
kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan
akan terlalu keras.
4. Prinsip
dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
PERCOBAAB
II
SABUN
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun
dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang
(C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
Sabun
dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau
minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel.
Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan
sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun
gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan
dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus
dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan
membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung
tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam
pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal
menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun
cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
1.2 Tujuan
Perbobaan
ini bertujuan untuk dapat mengetahui sifat-sifat sabun, dan reaksi-reaksi yang
terjadi pada sabun.
1.3 Manfaat
Mahasiswa
dapat mengetahui sifat-sifat sabun dan reaksinya.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Trigliserida
terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol. Asam lemak
terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam karboksilat
pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang
berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan
rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki
gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan “tri-gliserida”( Andri,
2012).
Apabila
trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium
hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom
karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”(Emmanuela
, 2009).
Atom oksigen mengikat sodium yang berasal
dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut
dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun.
Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol,
apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi
dinyatakan selesai (Anggo, 2012).
BAB
3
METODE
KERJA
3.1 Alat dan Bahan:
Alat-alat
yang digunakan pada praktikun ini adalah pH meter, kertas lakmus, pembakar
bunsen, penyangga segi tiga, kawat kasa, gelas kimia, tabung reaksi, spatula,
sarung tangan latex, masker, pipet tetes dan pipet volum.
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak tanah, etanol, NaOH 0,1 N,
H2SO4 pekat, larutan sabun, NaCL, dan aquadest.
3.2 Cara kerja:
a. Saponifikasi
Sebanyak
3 mL larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 25 mL etanol
dan NaOH 0,1 N. Campuran dipanaskan sambil di aduk. Ditambahkan dengan
hati-hati H2SO4 pekat dengan meneteskan beberapa tetes dan diamati apa yang
terjadi.
b. Uji alkali bebas
Sebanyak
5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus. Dicatat hasilnya. Diulangi
pengukuran pH menggunakan pH meter.
c. Efek garam terhadap sabun
Sebanyak
5 ml larutan sabun ditambahkan NaCL, dikocok dengan baik. Diperhatikan
terjadinya efek garam.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Tabel pengamatan
No.
|
Reaksi
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Minyak + etanol + NaOH
|
Putih,endapan minyak
|
2.
|
Setelah di panaskan
|
Bebusa dan membentuk sabun
|
3.
|
Setelah di(+)kan H2SO4 pekat
|
Membentuk sabun
|
4.
|
Larutan sabun + indikator universal
|
pH 7 netral
|
5.
|
Larutan sabun + NaCL
|
Berbusa, endap
|
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan 3 mL minyak larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan 25 mL etanol dan NaOH 0,1 N bewarna putih dan terdapat endapan
minyak di dalam gelas piala. Setelah semua dipanaskan minyak + etanol dan +
NaOH akan berbusa dan membentuk sabun karena mengalami reaksi. Setelah
ditambahkan H2SO4 akan membentuk sabun. Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Pada percobaan 5
ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus, mempunyai pH 7 berarti netral
karena dalam sabun terdapat pH yang netral karena sabun bersifat basa.
Kandungan alkali yang terdapat dalam sabun tersebut menandakan bahwa produk sabun yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik atau tidak, karena semakin besar kandungan/ kadar
alkali dalam produk sabun yang dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan
pun semakin menurun kualitasnya. Akan tetapi, produk sabun yang bebas alkali
pun tidak berarti bahwa kualitasnya lebih baik. Sabun yang bebas alkali justru
dapat menyebabkan kerusakan kulit. Uji kualitas selanjutnya meliputi kadar asam
lemak bebas ,karena ketika diuji dengan kertas lakmus larutan sabun berubah
menjadi warna merah muda maka dapat di simpulkan PH dari sabun tersebut
basa/Netral sehingga tidak mengandung asam lemak.
Pada percobaan 5
ml larutan sabun ditambahkan NaCL akan membentuk busa dan mengendap. Garam NaCl
untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan
tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Dalam percobaan,
NaCl yang ditambahkan hanya sedikit yaitu 0,1 gram agar kandungan NaCl pada
produk akhir jumlahnya sedikit. Karena jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu
tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
5. Prinsip
dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
6. Sabun
memiliki sifat yang netral karena sabun bersifat basa.
7. jika
kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan
akan terlalu keras.
8. Prinsip
dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
5.2 Saran
Untuk
praktikum kedepannya jangan terlalu banyak anggota kelompok karena sulit
dipahami dan banyak yang tidak bekerja.
DAFTAR
PUSTAKA
.
lengkap_20.html.
Anngo philip krisbiantoro. 2012.
Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi
Saponifikasi
Serta Pengujian Sifat Surfaktan Sabun Dan
Detergen.http://philipanggok.blogspot.com/.
Emmanuela,M.W.2009.Reaksi
Saponifikasi,Petunjuk Praktikum Satuab Proses
Teknik
Kimia ,Polban
ABSTRAK
Formalin adalah nama
dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di
pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin
memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau
daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di
Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai
pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan
UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya
residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Pengertian dan
ciri-ciri bahan makanan yang mrngandung formalin:
1.
Formalin
adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang
beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% -
40%.
2.
ciri mie yang mengandung formalin
1.
tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. bau agak menyengat, bau formalin
3. tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibanding mie normal.
PERCOBAAN
6
BIOKIMIA
PRODUK PERIKANAN BERFORMALIN
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Formalin
adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang
beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% -
40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan,
namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada
makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin
sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988,
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang
Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh
bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Formaldehida
pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala :
sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan
syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis
100 gram dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.
Akibat masuknya formalin
pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi,
mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit
perut, dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang
bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga
gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi,
dan memicu kanker.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengamati dan mempelajari ciri-ciri dari produk
makanan dan perikanan yang mengandung formalin baik dari segi sifat fisik
maupun kimianya.
1.3 Manfaat praktikum
Dengan
adanya praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui produk-produk makanan dan
perikanan yang mengandung formalin.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Formalin adalah berupa
cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat menyengat, mudah larut
dalam air dan alkohol. Formalin adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan
dalam air dengan kadar 36 – 40 %. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 –
15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami
polimerisasi (http://oliveoile.wordpress.com/2008/01/07/formalin-boraks/).
Formalin
adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa
ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida bisa membentuk trimer
siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini
menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama
pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh
oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus
ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. (http://wahyu-ramadhan.blogspot.com/2008/11/identifikasi-formalin-pada-produk_04.html).
Formaldehida
membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan
air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan.
Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan
baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan
bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan
cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka
formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi
tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya (Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty).
BAB
3
METODE
KERJA
3.1 Alat adan bahan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah labu ukur, pipet tetes, gelas kimia 50
mL, sarung tanganlatex, masker, labu kjedahl, kuvet spektrofotometri,
sopektrofotometer, tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung, buret 50 mL,
erlenmeyer 50 mL, stand dan statif.
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah KMnO4, formalin, aquadest, NaOH 0.1 N,
HCL 0,1 N, H2O2, indikator phenolphtalein, larutan jenuh asam-1,
8-dihidroksinaftalen-3,6-disulfonat dalam H2SO4 72%, H3PO4.
3.2 Cara kerja
a. Analisis pendahuluan / fisik
Diperhatikan
ciri-ciri fisik dari sampel, baik bau, maupun warna sampel yang tidak alami.
Diperhatikan insang ikan, catat warnanya. Cium aroma ikan dan biarkan ditempat
yang banyak lalatnya, amati apakah lalat menghinggapi sampel yang diuji.
b. Pembuatan larutan KMnO4 sebagai indikator
Ditimbang
0,05 g KMnO4 kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 mL berisi aquadest hingga
tanpa batas. Pipet sebanyak 5 mL larutan dan encerkan ke dalam labu ukur 100 mL
dengan menambahkan aquadest kembali himgga tanda batas.
c. Analisis kualitatif
setiap
sampel dipotong-potong sehingga ukurannya sesuai untuk dicelupkan kedalam gelas
kimia ukuran 250 mL, sediakan 5 atau lebih gelas kimia 50 mL, lalu labelkan
sejumlah gelas kimia tersebut. Ke dalam gelas A diisi dengan larutan KMnO4
(blanko), ke dalam gelas B diisi uju
pasitif yaitu berupa campuran KMnO4 dan formalin. Ke dalam gelas C diisi sampel
makanan yang berisi dengan formalin,, analisa semua sampel tersebut kemudian
pastikan apakah sampel-sampel tersebut mengandung, formalin atau tidak dengan
mengacu pada reaksi pewarnaan oleh uji positif.
d. Analisis kuantitatif formlin
dengan titrimetri
dioksidasi
terlebih dahulu oleh larutan hidrogen peroksida yang kemudian direaksikan
dengan NaOH 0,1 N berlebih dan kelebihan NaOH
0,1 N tersebut dititrasi dengan larutan HCL 0,1 N menggunakan indikator
fenoftalein.
c.Analisis kuantitatif formalin dengan spektrometri
Ø
Dibuat
larutan standar formalin konsentrasi 1000 ppm dengan cara mencampurkan larutan
formalin sebanyak 0,25 ml (larutan formalin 40%).
Ø
Kenudian
diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas.
Ø
Larutan
tersebut kemudian dibuat larutan standar dengan konsentrasi
0,5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,60,70,80,90 dan 100 ppm dan diencerkan dengan
aquadest dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas.
Ø
Larutan
pereaksi kromatopat sebanyak 1 lml dimasukkan ke dalam setiap larutsn standar
formalin di atas smbil di aduk.
Ø
Campuran
dipindahkan ke dalam labu kjedahl dan diasamkan dengan H3PO4. Labu kjedahl
dihubungkan dengan pendingin dan disuling.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 tabel pengamatan pembuatan larutan KMnO4
No
|
Analisis warna larutan
|
Hasil pengamatan
|
1
|
KMnO4
|
Ungu
|
2
|
KMnO4+formalin
|
T. bewarna-kuning
|
3
|
KMnO4+sampel bakso
|
T. bewarna-kuning
|
4
|
KMnO4+sampel Mie
|
Kuning-kuning
|
5
|
KMnO4+sampel tahu
|
Tidak berwarna
|
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan 0,05 g KMnO4 kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 mL berisi
aquadest hingga tanpa batas akan membentuk larutan berwarna ungu. Pada
percobaan KMnO4 ditambah formalin akan membentuk larutan tidak berwarna-kuning.
Pada
percobaan KMnO4 ditambah sampel bakso tidak berwarna memungkinkan bakso
tersebut tidak mengandung formalin. Pada percobaan KMnO4 ditambah sampel mie
membentuk warna kuning memungkinkan mie tersebut mengandung formalin. Jika disesuaikan
dengan literature tentang mie yang mengandung formalin cirinya adalah:
1. tidak rusak sampai 2 hari pada
suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. bau agak menyengat, bau
formalin
3. tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibanding mie normal.
Pada
pecobaan KMnO4 ditambah sampel tahu dan sampel tersebut tidak mengandung
formali. Ciri-ciri
tahu yang mengandung formalin
1. tidak rusak sampai 3 hari pada
suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. tahu terlampau keras namun
tidak padat.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
2.
Formalin
adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang
beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% -
40%.
2.
ciri mie yang mengandung formalin
1.
tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. bau agak menyengat, bau formalin
3. tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibanding mie normal.
5.2 Saran
Insya
Allah menyenangkan
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Ciri-Ciri Makanan yang
Mengandung Formalin.
formalin/
boraks/
fish.com/HamaPenyakit/formalin.php
Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
Liberty