Perbedaan, struktur, dan fungsi antara DNA dan RNA


PERBEDAAN ANTARA STRUKTUR DAN
FUNSI DNA DAN RNA

1. Pengertian DNA & RNA
Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida,jika unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut dioksiribonukleat(DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat(RNA). Perbedaan DNA dan RNA yang biasa diketahui oleh umum ialah dalam RNA terdapat polimer yang lebih pendek dari DNA.
DNA, Deoxyribose Nucleic Acid adalah asam nukleotida, biasanya dalam bentuk heliks ganda yang mengandung instruksi genetik yang menentukan perkembangan biologis dari seluruh bentuk kehidupan sel.DNA seringkali dirujuk sebagai molekul hereditas karena ia bertanggung jawab untuk penurunan sifat genetika dari kebanyakan ciri yang diwariskan. Pada manusia, ciri-ciri ini misalnya dari warna rambut hingga kerentanan terhadap penyakit. Selama pembelahan sel, DNA direplikasi dan dapat diteruskan ke keturunan selama reproduksi.

LAPORAN PRAKTIKUM OCEANOGRAFI UNSYIAH


 

LAPORAN OCEANOGRAFI
OLEH :
                                                 NAMA     : AGUS NAWAN
                                                 NIM         : 121102010005
                                                 PRODY   : BUDIDAYA PERAIRAN










JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013

Laporan praktikum uji proksimat pakan ikan



Laporan praktikum nutrisi ikan

UJI PROKSIMAT PAKAN IKAN

OLEH
                                                 NAMA     : AGUS NAWAN
                                                 NIM         : 1211102010005
                                                 PRODY   : BUDIDAYA PERAIRAN


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TENTANG KARBOHIDRAT

PERCOBAAN 4
KARBOHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.
            Karbohidrat tersusun atas karbon, dan hidrogen. Secara umum, tetap tidak selalu hidrogen dan oksigen dalam karbiohidrat dengan perbandingan dua atom hidrogen dan satu otom oksigen yaitu sebagai molekul air (H2O), karena inilah di peroleh kata “ carbohidrate” sebagai turunan dari carbon hydrate. Beberapa karbohidrat , seperti ramnosa, C6H12O5,tidak mengandung hydrogen dan oksigen sebagai H2O.
            Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi yang memiliki gugus fungsional aldehida atau alkanon. Nama karbohidrat berasal dari anggapan bahwa senyawa golongan ini mempunyai rumus empirik Cn(H2O). Walaupun ini banyak senyawa lain yang mempunyai ruus empirik yang sama. Karbohidrat di sebut juga hidrat arang atau sakarrida.

1.2 Tujuan praktikum.
            Percobaan ii bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu karbohidrat dalam suatu cuplikan/sampel, serta sifat-sifat karbihidrat menggunakan pereaksi fehling dan tolens.

1.3 Manfaat
            Dengan adanya praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui karbohidrat yang terdapat pada bahan makanan.





BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

            Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan oksigen yang secara empiris memiliki rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau keton (Beran, 2000).
 Kelompok karbohidrat tersusun atas hidroksi aldehid, alkohol, asam berupa turun-turunannya dan beberapa komponen yang dapat dihidrolisis menjadi seperti gugusnya (Donald et al., 2002).
Beberapa senyawa dibagi menjadi 3 gologan yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida :
1. Monosakarida, adalah bentuk paling sederhana dari karbohidrat, senyawa ini tidak mengalami hidrolisa dikenal sebagai “gula sederhana” karena memiliki rasa manis. Contohnya gula dan glukosa.
2. Oligosakarida, senyawa ini terdiri dari dua atau lebih monosakarida dan dapat mengalami hidrolisa menjadi bentuk monosakarida. Bila senyawa ini tersusun atas dua monosakarida disebut disakarida.
3. Polisakarida, senyawa merupakan gabungan dari banyak molekul monosakarida dengan ikatan glukosakarida. Oligosakaraida merupakan bentuk sederhana dari polisakarida. Namun tidak ada batasan yang jelas antara keduanya. Senyawa yang termasuk dalam golongan ini antaralain pati, dektrin dan selulosa (Gilvery, 1996).





BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan.
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pembakar spiritus, penjepit tabung, tissu, sarung tangan dan masker.

            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah glukosa, larutan fehling dan larutan tolens, indikator larutan kanji, larutan natrium karbonat 14,3%, larutan yodium 0.1 N. HCL encer, larutan natrium 0,1 N.


3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pengujian sampel.
a. Uji fehling.
     Sebanyak 1 mL glukosa ditambahkan 2 mL larutan fehling. Kemudian        didihkan dan di amati.
b. Uji tollens.
     Sebanyak 1 mL glukosa di tambahkan 2 mL tollens. Kemudian panaskan dan amati perubahan yang terjadi.
c.  Reaksi yodium.
     Senyawa poli sakarida akan memberikan warna yang spesifik dengan yodium. Pada plat tetes yang bersih dan kering dimasukkan 3 tetes larutan yang di periksa. Campur  dengan 2 tetes larutan yodium. Terbentuk warna biru amilum dan warna anggur untuk dekstrin.

3.2.2 Penentuan kadar glukosa.
a. Yodimetri.
     Ditimbang seksama sampel padat yang mengandung kira-kira 10 mg glukosa, dilarutkan di dalam 50 ml air suling di dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml yodium 0,1 N dan 10 mllarutan natrium karbonat 14,3%. Kemudian ditambahkan 15 ml asam klorida encer dan yodiumyang tersisa dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N sampai terjadi warna kuning lemah. Ditambahkan lagi indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan.

4.1.1 Tabel pengamatan pengujian sampel

No
Reaksi pengujian karbohidrat
Hasil pengamatan
1
Glukosa + fehling
Biru
2
Setelah dipanaskan
Merah bata
3
Glukosa + tollens
Merah bata


4.2 Pembahasan
            Sebanyak 1 mL glukosa ditambahkan 2 mL larutan fehling, dan didihkan akan menghasilkan warna biru. Setelah dipanaskan menghasilkan lebih banyak endapan merah bata . Selain itu, pada semua tabung reaksi juga terjadi perubahan warna larutan menjadi biru. Tabung 3 memiliki warna yang paling pekat, disusul tabung 2 dan 1.
Prinsip kerja percobaan ini karena larutan felinh dan toolens mengandung ion Cu++ yang dapat direduksi oleh gugus reduksi yang dimiliki oleh karbohidrat (gugus aldehid dan keton) menjadi ion Cu+ dan diendapkan dalam bentuk Cu2O berwarna merah bata. Ini membuktikan bahwa glukosa mempunyai gugus pereduksi.
Perbedaan jumlah endapan maupun kepekatan warna larutan dipengaruhi oleh kosentrasi larutan. Seperti percobaan yang dilakukan, larutan glukosa dengan kosentrasi tertinggi memberikan endapan terbanyak dan warna larutan terpekat. Ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, semakin banyak pula molekul yang terlarut di dalamnya , dalam hal ini adalah glukosa. Karena konsentrasi semakin tinggi maka gugus reduksi yang ada pada larutan akan semakin banyak pula, sehingga reaksi yang terjadi akan menghasilkan endapan merah bata yang lebih banyak.
Dari percobaan ini diketahui bahwa glukosa merupakan gula pereduksi. Kemampuan mereduksi juga dipengaruhi oleh konsentrasi larutan tersebut.





BAB 5
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
            Dari percobaan diatas dapt diketahui bahwa:
1.      Perbedaan jumlah endapan maupun kepekatan warna larutan dipengaruhi oleh kosentrasi larutan.
2.      Jika konsentrasi semakin tinggi maka gugus reduksi yang ada pada larutan akan semakin banyak pula, sehingga reaksi yang terjadi akan menghasilkan endapan merah bata yang lebih banyak.
3.      Dari percobaan ini diketahui bahwa glukosa merupakan gula pereduksi. Kemampuan mereduksi juga dipengaruhi oleh konsentrasi larutan tersebut.


5.2 Saran
            Untuk praktikum kedepan jangan terlalu banyak anggotanya.



DAFTAR PUSTAKA


Beran,J.A. 2000. Chemistry in the Laboratory. 2nd ed. Jhon Willey and Sons,Inc. New York.

Donald.et.al. 2002. Animal Nutrition Sixth Edition. Person Prentice Hall. England

Gilvery, M.C and Giddstein. 1996. Biokimia Suatau Pendekatan dan Fungsional. Airlangga  

University Press. 219P

Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia:Buku Panduan Kuliah Mahsiswa Kedokteran dan

Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. EGC Penerbit. Jakarta.


            

Laporan praktikum reaksi penyabunan asam lemak dan lemak

PERCOBAAN 3 REAKSI PENYABUNAN ASAM LEMAK DAN LEMAK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Suatu asam lemak merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan karboksil terminal, telah diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau enam- adalah lazim ditemukan, namun triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuh-tumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris cis. Asam lemak tidak jenuh paling melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-masing, asam lemak monoenoat dan dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat) dan empat (tetraenoat) ikatan ganda juga ditemukan secara alamiah.

Laporan praktikum biokimia tentang sabun dan biokimia produk perikanan berformalin

ABSTRAK


Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
           
Cara kerja:
a. Saponifikasi
            Sebanyak 3 mL larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 25 mL etanol dan NaOH 0,1 N. Campuran dipanaskan sambil di aduk. Ditambahkan dengan hati-hati H2SO4 pekat dengan meneteskan beberapa tetes dan diamati apa yang terjadi.

b. Uji alkali bebas
            Sebanyak 5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus. Dicatat hasilnya. Diulangi pengukuran pH menggunakan pH meter.

c. Efek garam terhadap sabun
            Sebanyak 5 ml larutan sabun ditambahkan NaCL, dikocok dengan baik. Diperhatikan terjadinya efek garam.

            Dari percobaan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Prinsip dalam  proses saponifikasi,yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa,     menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
2.      Sabun memiliki sifat yang netral karena sabun bersifat basa.
3.      jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras.
4.      Prinsip dalam  proses saponifikasi,yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.


           
PERCOBAAB II
SABUN

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
           
            Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

1.2 Tujuan
            Perbobaan ini bertujuan untuk dapat mengetahui sifat-sifat sabun, dan reaksi-reaksi yang terjadi pada sabun.

1.3 Manfaat
            Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat sabun dan reaksinya.






BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
           
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol. Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan “tri-gliserida”( Andri, 2012).

Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”(Emmanuela , 2009).

  Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai (Anggo, 2012).





















BAB 3
                                            METODE KERJA


3.1 Alat dan Bahan:
            Alat-alat yang digunakan pada praktikun ini adalah pH meter, kertas lakmus, pembakar bunsen, penyangga segi tiga, kawat kasa, gelas kimia, tabung reaksi, spatula, sarung tangan latex, masker, pipet tetes dan pipet volum.
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak tanah, etanol, NaOH 0,1 N, H2SO4 pekat, larutan sabun, NaCL, dan aquadest.

3.2 Cara kerja:
a. Saponifikasi
            Sebanyak 3 mL larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 25 mL etanol dan NaOH 0,1 N. Campuran dipanaskan sambil di aduk. Ditambahkan dengan hati-hati H2SO4 pekat dengan meneteskan beberapa tetes dan diamati apa yang terjadi.

b. Uji alkali bebas
            Sebanyak 5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus. Dicatat hasilnya. Diulangi pengukuran pH menggunakan pH meter.

c. Efek garam terhadap sabun
            Sebanyak 5 ml larutan sabun ditambahkan NaCL, dikocok dengan baik. Diperhatikan terjadinya efek garam.















BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel pengamatan
No.
Reaksi
Hasil pengamatan
1.
Minyak + etanol + NaOH
Putih,endapan minyak
2.
Setelah di panaskan
Bebusa dan membentuk sabun
3.
Setelah di(+)kan H2SO4 pekat
Membentuk sabun
4.
Larutan sabun + indikator universal
pH 7 netral
5.
Larutan sabun + NaCL
Berbusa, endap


4.2 Pembahasan
            Pada percobaan 3 mL minyak larutan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 25 mL etanol dan NaOH 0,1 N bewarna putih dan terdapat endapan minyak di dalam gelas piala. Setelah semua dipanaskan minyak + etanol dan + NaOH akan berbusa dan membentuk sabun karena mengalami reaksi. Setelah ditambahkan H2SO4 akan membentuk sabun. Prinsip dalam  proses saponifikasi,yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
           
Pada percobaan 5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus, mempunyai pH 7 berarti netral karena dalam sabun terdapat pH yang netral karena sabun bersifat basa. Kandungan alkali yang terdapat dalam sabun tersebut  menandakan bahwa produk sabun yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau tidak, karena semakin besar kandungan/ kadar alkali dalam produk sabun yang dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan pun semakin menurun kualitasnya. Akan tetapi, produk sabun yang bebas alkali pun tidak berarti bahwa kualitasnya lebih baik. Sabun yang bebas alkali justru dapat menyebabkan kerusakan kulit. Uji kualitas selanjutnya meliputi kadar asam lemak bebas ,karena ketika diuji dengan kertas lakmus larutan sabun berubah menjadi warna merah muda maka dapat di simpulkan PH dari sabun tersebut basa/Netral sehingga tidak mengandung asam lemak.

Pada percobaan 5 ml larutan sabun ditambahkan NaCL akan membentuk busa dan mengendap. Garam NaCl untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Dalam percobaan, NaCl yang ditambahkan hanya sedikit yaitu 0,1 gram agar kandungan NaCl pada produk akhir jumlahnya sedikit. Karena jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras.
BAB 5
PENUTUP
                       

5.1 Kesimpulan
            Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
5.      Prinsip dalam  proses saponifikasi,yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa,     menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
6.      Sabun memiliki sifat yang netral karena sabun bersifat basa.
7.      jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras.
8.      Prinsip dalam  proses saponifikasi,yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.

5.2 Saran
            Untuk praktikum kedepannya jangan terlalu banyak anggota kelompok karena sulit dipahami dan banyak yang tidak bekerja.

























DAFTAR PUSTAKA

.
            lengkap_20.html.

Anngo philip krisbiantoro. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi
            Saponifikasi Serta Pengujian Sifat Surfaktan Sabun Dan
            Detergen.http://philipanggok.blogspot.com/.

Emmanuela,M.W.2009.Reaksi Saponifikasi,Petunjuk Praktikum Satuab Proses                            
            Teknik Kimia ,Polban



















ABSTRAK

           
           
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Pengertian dan ciri-ciri bahan makanan yang mrngandung formalin:
1.      Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%.
      2.  ciri mie yang mengandung formalin
1. tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15    hari pada suhu lemari es (100C)
            2. bau agak menyengat, bau formalin
            3. tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibanding mie normal.



























PERCOBAAN 6
BIOKIMIA PRODUK PERIKANAN BERFORMALIN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
            Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala : sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi, dan memicu kanker.

1.2 Tujuan praktikum
            Tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati dan mempelajari ciri-ciri dari produk makanan dan perikanan yang mengandung formalin baik dari segi sifat fisik maupun kimianya.

1.3 Manfaat praktikum
            Dengan adanya praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui produk-produk makanan dan perikanan yang mengandung formalin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Formalin adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam air dengan kadar 36 – 40 %. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi (http://oliveoile.wordpress.com/2008/01/07/formalin-boraks/).

            Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. (http://wahyu-ramadhan.blogspot.com/2008/11/identifikasi-formalin-pada-produk_04.html).
           
            Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya  (Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty).





BAB 3
METODE KERJA



3.1 Alat adan bahan
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu ukur, pipet tetes, gelas kimia 50 mL, sarung tanganlatex, masker, labu kjedahl, kuvet spektrofotometri, sopektrofotometer, tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung, buret 50 mL, erlenmeyer 50 mL, stand dan statif.

            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah KMnO4, formalin, aquadest, NaOH 0.1 N, HCL 0,1 N, H2O2, indikator phenolphtalein, larutan jenuh asam-1, 8-dihidroksinaftalen-3,6-disulfonat dalam H2SO4 72%, H3PO4.

3.2 Cara kerja
a. Analisis pendahuluan / fisik
            Diperhatikan ciri-ciri fisik dari sampel, baik bau, maupun warna sampel yang tidak alami. Diperhatikan insang ikan, catat warnanya. Cium aroma ikan dan biarkan ditempat yang banyak lalatnya, amati apakah lalat menghinggapi sampel yang diuji.

b. Pembuatan larutan KMnO4 sebagai indikator
            Ditimbang 0,05 g KMnO4 kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 mL berisi aquadest hingga tanpa batas. Pipet sebanyak 5 mL larutan dan encerkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan menambahkan aquadest kembali himgga tanda batas.
c. Analisis kualitatif
            setiap sampel dipotong-potong sehingga ukurannya sesuai untuk dicelupkan kedalam gelas kimia ukuran 250 mL, sediakan 5 atau lebih gelas kimia 50 mL, lalu labelkan sejumlah gelas kimia tersebut. Ke dalam gelas A diisi dengan larutan KMnO4 (blanko), ke dalam gelas B  diisi uju pasitif yaitu berupa campuran KMnO4 dan formalin. Ke dalam gelas C diisi sampel makanan yang berisi dengan formalin,, analisa semua sampel tersebut kemudian pastikan apakah sampel-sampel tersebut mengandung, formalin atau tidak dengan mengacu pada reaksi pewarnaan oleh uji positif.


d. Analisis kuantitatif formlin dengan titrimetri
dioksidasi terlebih dahulu oleh larutan hidrogen peroksida yang kemudian direaksikan dengan NaOH 0,1 N berlebih dan kelebihan NaOH  0,1 N tersebut dititrasi dengan larutan HCL 0,1 N menggunakan indikator fenoftalein.

c.Analisis kuantitatif  formalin dengan spektrometri
Ø  Dibuat larutan standar formalin konsentrasi 1000 ppm dengan cara mencampurkan larutan formalin sebanyak 0,25 ml (larutan formalin 40%).
Ø  Kenudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas.
Ø  Larutan tersebut kemudian dibuat larutan standar dengan konsentrasi 0,5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,60,70,80,90 dan 100 ppm dan diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas.
Ø  Larutan pereaksi kromatopat sebanyak 1 lml dimasukkan ke dalam setiap larutsn standar formalin di atas smbil di aduk.
Ø  Campuran dipindahkan ke dalam labu kjedahl dan diasamkan dengan H3PO4. Labu kjedahl dihubungkan dengan pendingin dan disuling.

















BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 tabel pengamatan pembuatan larutan KMnO4
No
Analisis warna larutan
Hasil pengamatan
1
KMnO4
Ungu
2
KMnO4+formalin
T. bewarna-kuning
3
KMnO4+sampel bakso
T. bewarna-kuning
4
KMnO4+sampel Mie
Kuning-kuning
5
KMnO4+sampel tahu
Tidak berwarna





4.2 Pembahasan
            Pada percobaan 0,05 g KMnO4 kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 mL berisi aquadest hingga tanpa batas akan membentuk larutan berwarna ungu. Pada percobaan KMnO4 ditambah formalin akan membentuk larutan tidak berwarna-kuning.
            Pada percobaan KMnO4 ditambah sampel bakso tidak berwarna memungkinkan bakso tersebut tidak mengandung formalin. Pada percobaan KMnO4 ditambah sampel mie membentuk warna kuning memungkinkan mie tersebut mengandung formalin. Jika disesuaikan dengan literature tentang mie yang mengandung formalin cirinya adalah:
1. tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. bau agak menyengat, bau formalin
3. tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibanding mie normal.
            Pada pecobaan KMnO4 ditambah sampel tahu dan sampel tersebut tidak mengandung formali. Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin
1. tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C)
2. tahu terlampau keras namun tidak padat.






BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
2.      Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%.
      2.  ciri mie yang mengandung formalin
1. tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15    hari pada suhu lemari es (100C)
            2. bau agak menyengat, bau formalin
            3. tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibanding mie normal.


5.2 Saran
            Insya Allah menyenangkan


























DAFTAR PUSTAKA

           
Anonim. Ciri-Ciri Makanan yang Mengandung Formalin.

formalin/


boraks/

Anonim. Formalin (HCHO dan CH3OH dalam Air). http://www.o-

fish.com/HamaPenyakit/formalin.php

Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit

Liberty







Laporan Praktikum Kebiasaan Makan Ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh i...