Laporan praktikum
nutrisi ikan
UJI
PROKSIMAT PAKAN IKAN
OLEH
NAMA : AGUS NAWAN
NIM
: 1211102010005
PRODY : BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul ”UJI PROKSIMAT PAKAN IKAN”.
Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: kawan-kawan
yang telah memberi arahan kepada saya untuk menyelesaikan laporan paktikum.
Dari sanalah semua kesuksesan berawal kita tidak bisa berjuang sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Meskipun
penulis berharap isi dari laporan praktikum ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan praktikum ini dapat lebih baik
lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Darussalam, 16 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja
3.4 Analisa Data
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu usaha budidaya Ikan sangat
ditentukan oleh 3 faktor yang sama pentingnya yaitu: Breeding (bibit), feeding
(pakan), dan management pengelolahan. Tetapi jika dilihat dari total biaya
produksi dalam usaha budidaya maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi
yakni sekitar 60%. Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam unit
budidaya. Dimana pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup biota
budidaya tergantung dari pakan ini dan nutrisinya. Pakan ikan dikatakan bermutu
jika mengandung nilai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. bahwa Pakan
yang berkualitas mengandung 70 % protein, 15 % karbohidrat, 10 % lemak, dan 5 %
vitamin, air, dan mineral.
Nutrisi yang terkandung dalam pakan
harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan dari ikan tersebut. Pakan
memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh,
pertumbuhan, pengganti jaringan yang rusak dan perkembangbiakan. Tanpa nutrisi
yang baik ikan akan lambat dalam pertumbuhan pengganti jaringan yang rusak dan
perkembangbiakan. Nutrien atau kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi
menjadi enam bagian yaitu : energi, protein dan asam amino, lipid dan asam
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Dalam materi ini akan dipelajari
secara spesifik objektifitas untuk masing-masing bagian tersebut.
Analisis proksimat atau analisis
Weende dikembangkan dari Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan
Stokman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis dan menggolongkan komponen
yang ada pada makanan (Karbohidrat,kadar abu,kadar lemak,protein,kadar air.dll)
. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”
(proximate analysis). Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan
kegunaannya pada pakan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini
untuk mengetahui hasil dari analisis dari kadar air, analisis kadar serat
kasar, analisis kadar lemak kasar, analisis kadar abu, dan analisis kadar
protein kasar dalam pakan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa proksimat merupakan uji
analisa suatu bahan pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk
menduga nilai nutrien dan nilai energi dari bahan atau campuran pakan yang
berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut (NRC, 1994). Analisa
proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar air, abu,
protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Amrullah,
2004).
Bahan pakan meliputi bahan kering
dan Air, bahan kering meliputi senyawa organik yang meliputi karbohidrat,
protein, lipid dan non organik yang meliputi vitamin dan mineral. dalam sebuah
pakan haruslah memenuhi kereteria Bahan baku, Bahan kering dan terrutama Kadar
Air .Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut
tidak memenuhi syarat maka bahan pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik
dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (Winarno, 2004).
Abu adalah residu anorganik dari
proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu total
adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevalusi nilai
gizi suatu produk/bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu
bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut
(Aprilianto, 1988)
Lipida adalah golongan senyawa organik
yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida
merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan
kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari tak terkucuali pakan untuk
ikan. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor produk. Dalam jaringan
hewan lemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam
jaringan adipose dan sumsum tulang. Secara kimia yang diartikan dengan lemak
adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak (Tillman et al., 1998).
BAB III
METODELOGI PECOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan selama tiga
hari yaitu pada hari senin, selasa, dan hari kamis, dan bertempat di
laboratorium peternakan fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan porselin, desikator, tang
penjepit, oven pengering, timbangan analitik, alat destilasi, gelas ukur, alat
destruksi, tabung ukur, labu erlenmeyer, pipet tetes, tanur, kertas saring
bebas lemak, kondensor, tabung ekstraksi soxhlet, labu penampung dan alat
titrasi.
Bahan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sampel pakan ikan, asam sulfat pekat, natrium hidroksida
45 %, asam borak 4 %, methil red ( sebagai indikator ), kjeltab, asam sulfat, H2SO4
1,2 %, NaOH 5 ml dan aquades.
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Analisis kadar air
a)
Cawan porselin yang sudah bersih
dikeringkan dalam oven pengering pada
suhu 105oC selama 1 jam.
b)
Kemudian cawan porseling diambil dalam oven pengering
dengan mempergunakan tang penjepit dan didinginkan dalam desikator selama
beberapa menit.
c)
Setelah dingin, cawan porselin ditimbang dan
dicatat beratnya.
d)
Ditimbang sampel dengan mempergunakan cawan
porselin dan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105oC selama
8 jam atau sampai beratnya tetap.
e)
setelah pengeringan, cawan porselin beserta
sampel dimasukkan dalam desikator selama 30
menit, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik dan dicatat
hasilnya.
3.3.2
Analisa kadar serat kasar
a) Ditimbang
sample sebanyak 2-4 gram secara teliti dengan neraca analitik digital.
b) Pindahkan
sample ke dalam gelas piala 250 mL.
c) Untuk
pembebasan lemak, tambahkan etanol 96 % sebanyak 15 mL, lalu aduk dan kemudian
diamkan beberapa menit.
d) Enaptuangkan
larutan tersebut dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
e) Lakukan
proses enaptuang dua kali dengan etanol 96 % tersebut, dimana untuk ketiga
kalinya endapan disertakan dalam penyaringan. Atau dapat juga pembebasan lemak
sisa dari ekstraksi lemak dengan cara soklet atau cara mengaduk,
mengenaptuangkan sampel dalam pelarut organik.
f) Lalu,
angkat kertas saring yang telah berisi padatan dan keringkan.
g) Tambahkan
± 50 mL larutan H2SO4 1,25 % ke dalam erlenmeyer dan diaduk.
h) Pasang
pendingin tegak pada mulut Erlenmeyer.
i)
Panaskan larutan refluk selama 30 menit dengan
penangas air.
j)
Jika telah selesai, langsung tambahkan ± 50 mL
larutan NaOH 3,25 % .
k) Lakukan
pemanasan larutan refluk kembali selama 30 menit.
l)
Jika telah selesai, saring larutan dalam keadaan
panas dengan kertas saring yang telah ditimbang konstan sebelumnya dengan
menggunakan corong.
m) Lakukan
pencucian dengan H2SO4 1,25 % panas, air panas, dan terakhir dengan etanol 96 %
(masing–masing 25 mL).
n) Diangkat
endapan dan kertas saring, kemudian pindahkan ke cawan penguap yang telah
dikonstankan beratnya terlebih dahulu dan mengeringkannya pada suhu 105oC
di dalam oven, kemudian mendinginkannya dan menimbangnya sampai bobot tetap
setelah itu dicatat hasilnya.
3.3.3
Analisa kadar lemak kasar
a) Ditimbang
2 gram sampel, dibungkus dengan kertas saring bebas lemak dan dibungkus seperti
puyer.
b) Sampel
dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi spxhlet.
c) DI
isi labu penampung dengan dietylether atau aceton setengan volume labu
penampung, dan juga tabung ekstraksi soxhlet setengah volume dengan dietylether
atau aceton.
d) Dipasang
labu penampung, tabung ekstraksi soxhlet dan kondensor dengan menggunakan
selang silicon.
e) Hidupkan
kondensor dan water bath.
f) Diekstraksi
selama 16 jam atau sampai dietylether / aceton dalam tabung ekstraksi soxhlet
menjadi jernih.
g) Ekstraksi
di hentikan, sampel di ambil dan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105oC
lebih kurang selama 8 jam sampai mencapai berat konstan.
h) Setelah
di keringkan, sampel dimasukkan kedalam desikator beberapa menit, setelah itu
ditimbang dan dicatat hasilnya.
3.3.4
Analisis kadar Abu
a) Cawan
porselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105oC
selama 1 jam.
b) Kemudian
cawan porseling diambil dalam oven pengering dengan tang penjepit dan
didinginkan dalam desikator.
c) Setelah
dingin, cawan porselin ditimbang dan dicatat beratnya.
d) Ditimbang
sampel 2 gram dan dicatat hasilnya.
e) cawan
porselin beserta sampel didalamnya dibakar dalam tanur pada suhu 550oC
selama 2 jam.
f) Sampel
yang sudah dibakar dikeluarkan dari tanur, dimasukkan dalam desikator beberapa
menit dan ditimbang beratnya serta dicatat hasilnya.
3.3.5
Analisis kadar Protein kasar
Dalam analisa kadar protein kasar
ada tiga tahap langkah kerja yaitu:
Destruksi, destilasi, dan titrasi.
3.3.5.1
Tahap Destruksi
a) Ditimbang
0,5 gram sampel dalam labu kjeldhal.
b) Tmbahkan
asam sulfat pekat 10 ml dan kjeltab setengah butir kedalam labu kjeldhal .
c) Tempatkan
labu kjeldhal pada alat destruksi, kemudian didestruksi.
d) Setelah
larutan dalam labu kjeldhal menghitam rata, labu di putar-putar sampai larutan
jernih.
e) Destruksi
dihentikan setelah warna jernih diperoleh ( sekitar 2 jam ).
f) Labu
kjeldhal dibiarkan menjadi dingin, kemudian tambahkan 50 ml aquades dan dikocok
agar larutan jernih.
3.3.5.2
Tahap Destilasi
a) Larutan
yang sudah homogen diambil 10 ml dan NaOH 45% 10 ml dituang alat destilasi.
b) Destilat
ditampung dengan asam borak 4% yang telah diteteskan 3 tetes methil red (
sebagai indikator ) hingga volume mencapai 50 ml.
3.3.5.3
Tahap Titrasi
a) Hasil
destilasi di titrasi dengan asam sulfat 0,1 N hingga berubah warna.
b) Dicatat
hasilnya.
3.4 Analisa Data
3.4.1 Analisis Kadar
air
No
|
Kode sampel
|
B cawan (x)
|
B sampel (y)
|
x + y
|
B akhir (z)
|
% air
|
% bahan kering
|
1
|
Pakan ikan
|
65,5711 gram
|
5,7578 gam
|
71,3289 gram
|
70,7285 gram
|
10,42759 %
|
89,57241 %
|
Rumus kadar air :
Kadar
air = (x + y)- z / Y x100%
Kadar air = (65,5711 + 5,7578) – 70,7285 / 5,7578 x 100%
= 0,6004 / 5,7578
x 100%
= 10,42759%
jadi, kadar air
dalam pakan sebanyak 10,42759%
Rumus bahan kering:
100% - kadar air
Bahan kering = 100%
- kadar air
= 100% - 10,42759
= 89,57241%
jadi, bahan kering
yang terdapat dalam pakan sebanyak 89,57241%
3.4.2
Analisis kadar serat kasar.
No
|
Kode
sampel
|
Berat
sampel (w )
|
Berat
kertas saring ( x )
|
B
setelah oven ( y )
|
Berat
tanur ( z )
|
%
serat kasar
|
1
|
Pakan
ikan
|
2,0099
gram
|
0,5118
gram
|
13,6125
gram
|
13,0467
gram
|
2,6867%
|
Rumus Kadar Serat
Kasar :
Serat
kasar = Y – Z - X / W x100%
Serat kasar = 13,6125 – 13,0467 – 0,5118 / 2.0099
x 100%
= 0,054/2,0099 x 100%
=
2,6867%
jadi,
kadar serat kasar dalam pakan yang di uji sebanyak 2,6867%
3.4.3
Analisis kadar lemak kasar
NO
|
Kode
sampel
|
Berat
kertas saring ( x)
|
Berat
sampel ( y)
|
B
setelah oven ( z)
|
%lemak
kasar
|
1
|
Pakan
ikan
|
0,4062
gram
|
2,0039
gram
|
2,0885gram
|
16,049%
|
Rumus
Lemak kasar :
Lemak kasar = ( x + y ) – z / Y x 100%
Lemak kasar = ( 0,4062 + 2,0039 ) – 2,0885/ 2,0039 x 100%
= 0,3216/ 2,0039 x 100%
=16,049%
jadi,
lemak kasar yang terdapat dalam pakan ikan sebanyak 16,049%.
3.4.4
Analisis Kadar Abu
No
|
Kode
sampel
|
B
cawan ( x)
|
B
sampel ( y )
|
B
setelah tanur (z)
|
%abu
|
1
|
Pakan
ikan
|
13,0402
gram
|
2.0011
gram
|
13,2231
gram
|
9,1399%
|
Rumus
kadar Abu :
Kadar Abu = z – x / Y x 100%
= 13,2231 – 13,0402 /2,0011x 100%
= 0,1829/2,0011 x 100%
= 9,1399%
jadi, kadar abu
yang terdapat pada pakan ikan sebanyak 9,1399%.
3.4.5
Analisis Kadar Protein Kasar
No
|
Kode Sampel
|
Berat Sampel
|
Angka Titrasi
|
% Protein Kasar
|
1
|
Pakan Ikan
|
0,5104
|
2,74
|
23,48648%
|
Rumus
protein kasar :
protein kasar = 0,1 x angka titrasi x 0,014 x 6,25 x 5 / Berat sampel x
100%
= 0,1
x 2,74 x 0,014 x 6,25 x 5 / 0,5104 x 100%
= 0,119875 / 0,5104 x 100%
= 23,48648%
jadi,
kandungan protein kasar dalam pakan dengan berat 0,5104 gram adalah 23,48648%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Analisis
|
Hasil
analisis %
|
1
|
Kadar
Air
|
Air
= 10,42759%
Bahan
Kering = 89,57421 %
|
2
|
Serat
Kasar
|
2,6867%
|
3
|
Kadar
Lemak Kasar
|
16,049%
|
4
|
Kadar
Abu
|
9,13995%
|
5
|
Kadar
protein kasar
|
23,48648%
|
4.2 Pembahasan
Tentang
kualitas pakan yang di uji, dapat diketahui bahwa hasil analisa menunjukkan
kadar air berkisar 10,42759%. Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya
lebih baik tidak lebih dari 10%. jadi, kadar air pada pakan ini bisa dibilang
kurang bagus karena nilai dari kadar air melibihi dari angka 10%. Tingkat
kekeringan pakan sangat menentukan daya tahan pakan, karena apabila pakan
mengandung banyak air maka akan menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan
disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur. Dengan demikian , kualitas dari
pakan akan menurun, bahkan dapat berbahaya bagi ikan.
Serat kasar atau crude fyber
merupakan komponen sisa hidrolisis bahan pangan dengan asam kuat selanjutnya
dihidrolisis dengan basa kuat sehingga terjadi kehilangan selulosa sekitar 50%
dan hemiselulosa 85%. Dalam pakan yang di uji sebanyak 2,0099 gram terdapat
2,6867% serat kasar. Dengan adanya serat, membantu mempercepat
sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan
untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah
akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus
untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar
menjadi lebih lamban.
Lemak dalam makanan mempunyai peran
yang penting sebagai sumber tenaga, bahkan dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat, lemak dapat menghasilkan tenaga yang besar. Berdasarkan hasil dari
praktikum diperoleh kadar lemak sebesar 16,094% berarti dapat di simpulkan
pakan yang di uji mengandung kandungan lemak yang ideal. Menurut Mudjiman
(1989) kandungan lemak ideal untuk makanan ikan berkisar 4-18%.
Dalam analisis pada kadar abu sampel
sebanyak 13,0402 gram terdapat 9,1399% kadar abu. Kadar abu pada pakan
menunjukkan indikator besarnya kandungan untuk mineral yang terdapat dalam
pakan tersebut ( Jangkaru, 1974). Komponen abu pada analisis proksimat tidak
memberikan nilai makanan yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran
sehingga tidak menghasilkan energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting
untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Berdasarkan hasil praktikum dari uji
protein bahwan pakan yang di gunakan mengandung protein yang ideal yaitu
sebesar 23,48648% dalam 0,05104 gram berat pakan. Protein merupakan senyawa
kimia yang sangat diperlukan oleh tubuh ikan sebagai sumber energi dan
diperlukan dalam pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan
hormon steroid. Bagi ikan, potein meupakan sumber tenaga yang paling utama.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dalam di simpulkan bahwa :
- Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih dari 10%.
- Dengan adanya serat pada makanan, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar.
- Menurut Mudjiman (1989) kandungan lemak ideal untuk makanan ikan berkisar 4-18%.
- Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga tidak menghasilkan energi.
- Protein sebagai sumber energi bagi semua makhluk hidup.
5.2 Saran
Mudah-mudahan
untuk kedepan udah punya laboratorium sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah.
2004. Analisa Bahan Pakan. Universitas Hasanudin. Makassar
Apriyantono
, Anton.1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB : Bogor
Jangkuru,
Z. 1974. Makanan Pakan Ikan Konsumsi.
Depok: Penerbit Agromedia Pustaka.
Mudjiman.
2000. Makanan Ikan. Jakarta: CV
Simplex.
Sahwan,
F.M. 2002. Pakan Ikan dan Udang.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Tillman,
A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Winarno.
2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment