TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BETOK
PEMIJAHAN IKAN BETOK DENGAN HORMON PERANGSANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan betok dengan
nama latin (Anabas testudineus) adalah ikan air tawar yang hidup di
perairan rawa, sungai, danau dan genangan air lainnya. Secara alami atau di
alam, pemijahan ikan betok hanya terjadi sekali dalam setahun yaitu pada waktu
musim hujan, ikan ini termasuk jenis ikan yang sangat sulit memijah secara
alami dalam lingkungan budidaya (Muhammad et al., 2003).
Dalam
keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan
insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan
untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin
(labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat
berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain
yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan
menggunakan tutup insang yang berfungsi semacam ‘kaki depan’.
Usaha
budidaya ikan betok ini belum banyak dilakukan secara massal dan luas karena terbatasnya
benih yang didapat dari alam, kebanyakan produksi ikan betok masih merupakan
hasil tangkapan dari alam dan saat ini telah mulai berkurang dan juga
menunjukan kelangkaan yang diakibatkan oleh penangkapan yang tidak ramah
lingkungan, seperti penyentruman, penubaan dan lain sebagainya. Di beberapa
perairan telah mulai terjadi kelangkaan yang diduga karena terganggu oleh
ikan-ikan lain seperti Nila, Bawal dan Lele Dumbo yang telah berkembang biak di
perairan umum. Untuk mengatasi kendala tersebut salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan produktivitas budidaya melalui pemijahan dengan
teknologi rangsangan hormon untuk reproduksi ikan betok dalam rangka penyediaan
benih secara kontinu. Menyadari hal tersebut diatas, untuk mendapatkan benih
yang baik dalam usaha budidaya maka perlu sekali dilakukan pemijahan buatan
dengan menggunakan sistem suntik (induced spawning) melalui rangsangan hormon
yang terkandung dalam ovaprim dengan level dosis yang optimal.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui keberhasilan pemijahan buatan ikan betok menggunakan hormon
perangsang yang terkandung dalam ovaprim.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan
taksonomi, ikan Betok (Anabas testudineus) dapat digolongkan dalam:
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthicii
Sub Ordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
Species : Anabas
testudineus
Sedangkan ciri-ciri dari ikan betok secara morfologi yaitu
rangka terdiri dari tulang sejati, dapat mengambil O2 dari luar air
(mempunyai alat labyrin), memiliki sirip punggung dan sirip dubur dengan
jari-jari keras, sirip perut memiliki jari-jari lemah dan satu jari-jari keras
(Saanin, 1968).
Dengan
meniru habitatnya di alam, ikan ini dapat dipelihara dikolam yang terbuat dari
beton, dipelihara selama empat sampai enam bulan ikan ini dapat dipanen. Di
beberapa negara berkembang ikan betok dicoba dipijahkan dengan metode induced breeding, hasilnya ikan ini memberikan respon yang positif,
bahkan dapat berovulasi dalam waktu yang singkat setelah disuntik dengan
ekstrak kelenjar hypopisa (Muslim et al.,
2011)
Upaya untuk
menjamin ketersedian hormon steroid berupa estrogen dan androgen dalam tubuh
induk ikan betok, dapat dilakukan melalui rekayasa hormonal dengan sistem
suntik. Salah satunya adalah menggunakan ovaprim yang mengandung LHRHa+ anti
dopamin, berfungsi sebagai hormon regulator yang bekerja secara langsung
mempengaruhi organ target melalui sistem hipotalamus-hipofisis-gonad,
dan diyakini dapat berfungsi sebagai pemicu proses teknologi pemijahan ikan
betok (Zairin, 2003).
Hormon yang
berperan untuk pematangan gonad: gonadotropin releasing hormone (GnRH),
luteinizing hormone (LH), 17α-hidroksiprogesteron, dan 17α,
20β- dihidroksiprogesteron (Yasin, 2003), luteinizing hormone (LH)
dikenal sebagai hormon kunci dalam kontrol reproduksi untuk mensekresi produksi
gonad steroid, sedangkan gonadotropin releasing hormone (GnRHs)
dalam otak ikan berperan untuk pengontrol proses reproduksi (Rodr-Iquez et
al., 2003).
Pemberian
hormon dengan level dosis tinggi ≥ ¼ml/kg dapat menghambat kerja hipotalamus
melepaskan GnRH (peningkatan anti dopamin) untuk merangsang sekresi gonadotropin
dan selanjutnya hormon steroid pada waktu proses ovulasi telur. Akibat proses
tersebut dapat memperlambat waktu mulai pemijahan ikan betok lebih lama jika dibandingkan
dengan pemberian hormon dosis rendah ¼ μg/kg. Pemberian LHRHa dalam ovaprim ¼
ml/kg adalah cukup ideal, karena ikan betok dalam keadaan normal untuk
melakukan proses pemijahan (Yasin, 2003).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat yang digunakan pada praktikum ini bertempat di laboratorium
fakultas kelautan dan perikanan universitas syiah kuala darussalam, Banda Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan
bahan yang gunakan pada praktikum ini berupa ovaprim yang berfungsi untuk
merangsang pemijahan ikan betok, jarum suntik untuk menyuntikkan ovaprim
kedalam tubuh ikan betok, ikan betok yang sudah matang gonad. Selengkapnya
dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
No
|
Alat dan bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Akuarium
|
2 unit
|
2.
|
Ikan betok matang gonad
|
(2ekor) 1 jantan 1 betina
|
3.
|
Jarum suntik
|
1 unit
|
4.
|
Timbangan
|
1 unit
|
5.
|
Nampan
|
1 unit
|
6.
|
Aerator/aerasi
|
1 unit
|
7.
|
Ovaprim
|
1 botol (1 ml)
|
8.
|
Kertas Buram
|
secukupnya
|
9.
|
Serok
|
secukupnya
|
3.3 Langkah kerja
- Persiapan wadah :
Ø Diambil dua unit akuarium,
Ø Dicuci bersih wadah akuarium,
Ø Dikeringkan akuarium,
Ø Diisi air dengan volume air yang
sudah ditentukan.
- Seleksi induk :
Ø Dipilih induk ikan yang matang
gonad,
Ø Dipilih indukan ikan dengan
perbandingan 2: 1 jantan dan betina,
Ø Dimasukan induk ikan kedalam wadah
akuarium yang terpisah
- Penyuntikan induk ikan :
Ø Diambil indukan ikan betok Anabas testudineus,
Ø Ditimbang induk ikan
Ø Disuntik ikan betina dengan ovafrim
dengan komposisi 0,5 % dari bobot ikan dengan kemiringan sudut 40 derajat,
Ø Disuntik ikan jantan dengan ovafrim
dengan komposisi 0,3 % dari bobot ikan dengan kemiringan sudut 40 derajat,
Ø Dimasukan induk ikan betok kedalam
akuarium pemijahan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah
melakukan proses penyuntikan dihari sabtu, kurang lebih 1x24 jam ikan betok
sudah mulai pemijahan, telur ikan menetas pukul 10:00 wib pagi.
4.2 Pembahasan
Ovaprim
digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa
akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti
dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan
pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II. Kegunaan Ovaprim antara lain :
menekan musim pemijahan, mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan
normal, merangsang produksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama
dan volume yang lebih banyak, merangsang pematangan gonad sebelum musim
pemijahan ( Maucaunt et al., 2005.)
Setelah
ikan di suntik dengan ovaprim proses kegiatan percumbuan ikan betok ditandai
dengan tingkah laku masing-masing induk, dimana ikan betina dan jantan saling berkejaran
dan terkadang melakukan lompatan kecil, sedangkan induk betina selalu memunculkan
bagian punggungnya ke permukaan. Pada saat pematangan akhir gonad, telur dikeluarkan
menuju rongga ovari siap untuk menerima sperma (siap dibuahi).
Pada saat
praktikum kemaren ikan betok yang sudah berhasil memijah dalam kurun waktu
kurang dari 1x24 jam terdapat ratusan telur ikan yang mengapung di dalam
akuarium. Pada saat pengecekan jam 10.00 wib telur ikan betok sudah berhasil
menetas dengan ratusan anakan berwarna hitam yang melayang-layang bergerak di
atas permukaan air.
Pada
pengecekan sehari setelah hari tersebut kami melihat bahwa anakan ikan betok
yang sudah menetas mengapung di pinggir-pinggir akuarium, tandanya bahwa anakan
ikan betok tersebut sudah mati. Setelah kami analisis kami menyimpulkan bahwa
kematian anakan ikan betok tersebut di duga kuat karena selang aerator macet
sehingga menyebabkan sirkulasi oksigen tidak stabil atau kurang.
Kematian
larva ikan betok juga dapat disimpulkan
karena kurangnya pengontrolan dari kami para praktikan, sehingga menyebab
selang aerotor macet. Selain itu penyebab kematian dari ikan betok tersebut di
duga karena kualitas air tidak bagus karena terdapat sisa-sisa pakan serta
kotoran induk jantan dan induk betina di dasar perairan sehingga menimbulkan
kadar amonia yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari
praktikum ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Fungsi dari hormon ovaprim yaitu sebagai perangsang pemijahan bagi ikan.
- Pada saat pematangan akhir gonad, telur dikeluarkan menuju rongga ovari siap untuk menerima sperma (siap dibuahi).
- Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu pengontrolan yang ekstra.
5.2 Saran
Untuk praktikum kedepan semoga berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Moncaut N, Somoza G, Power DM,
Canario AVM. 2005. Five gonadotrophin- releasing
hormone receptors in a teleost fish: isolation, tissue distribution and phylogenetic relationships. Journal of
Molecular Endocrinology 34: 767–779.
Muslim.,Yulisman., M. Syaifudin.,
M. Fitrani, dan F.H. Taqwa. 2011. Pembenihan ikan
betok (Anabas testudineus). Teknik kawin suntik. Laporan Pengabdian Masyarakat. Lembaga Pengabdian Masyarakat
Unsri. Indralaya.
Muhammad, Sanusi H., Ambas I.,
2003. Pengaruh donor dan dosis kelenjar hipofisa terhadap ovulasi dan daya tetas telur ikan betok (Anabas
testudineus Bloch). Jurnal
Sains and Teknologi 3: 87–94.
Saanin, H. 1968. Taksonomi
dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.
Rodriquez L., Carrillo M.,
Sorbera LA,, Zohar Y, Zanuya S., 2003. Effects of photoperiod on pituitary levels of three forms of GnRH and reproductive
hormones in the male European sea
bass (Dicentrarchus labrax, L.) during testicular differentiation and first testicular recrudescence.
Journal General and Comparative
Endocrinology. 136: 37–48.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II.
Binatjipta. Bandung.
Yasin, M.N. 2013. Pengaruh Level Dosis Hormon Perangsang Yang
Berbeda Pada Pemijahan Ikan
Betok (Anabas testudineus Bloch) Di Media Air Gambut. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 2. No. 2.
Desember 2013.
Zairin Jr M. 2003. Endokrinologi
dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia.
(Orasi Ilmiah Guru Besar Tatap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
No comments:
Post a Comment